Video Pembelajaran Kurikulum
2013 itu…fiksi kawan…
Jika
anda peserta pelatihan Kurikulum 2013 pasti sudah melihat video-video
yang ditayangkan oleh para tutor bagaimana hebatnya mengajar tematik dengan
seru dan dengan anak yang mudah sekali diarahkan. Saat itu juga para peserta
akan terheran-heran bagaimana luar biasanya kelas tersebut bisa begitu mudah
mengajarkan materi dengan tingkat mengajar yang “high” . Benarkah video itu
atau hanya sebuah aktor dan para pendukung sesuai arahan sang sutradara
Kurikulum 2013? . Pada artikel berikut ini saya akan mengupas tentang video
tersebut simak ya..
Pembenaran Kurikulum Baru
Ibaratnya sebuah metode dalam penjualan maka seorang produsen
bagian marketing harus mengemas begitu rapi barang dagangannya. Walaupun sebuah
produk dagangannya secara empiris akan sulit bersaing dengan produk lainnya
tetapi dengan kemasan dan iklan yang bombatis, ditambah dengan jingle yang mudah diingat masyarakat serta
pengulangan yang berkali-kali maka setidaknya membuat masyarakat menjadi
menerima walaupun awalnya menolak. Setidaknya inilah yang terjadi pada
kurikulum 2013, pemerintah “memaksa” agar para guru-guru mengerti kurikulum
baru ini. Lengkap dengan puluhan materi ,tugas kelompok plus video-video
pembelajaran.
Khusus pada bagian video pembelajaran kita disodorkan ilusi
ilmiah akan kehebatan kurikulum 2013. Benarkah fakta apa yang terjadi dalam
video tersebut? saya yakin video tersebut adalah film manipulasi dari fakta
sebenarnya. Para aktor guru dan murid yang dipandu oleh sutradara dan pastinya
dibayar. Pada film tersebut terlihat guru begitu “enjoy” dan siswa yang begitu
“penurut” siap diperintahkan. Tidak ada yang “mengambek” seperti lazimnya siswa
dikelas satu. Atau tidak ada siswa yang isengberlari-lari
seperti lazimnya siswa kelas 5. Guru begitu semangat mengajar dalam tempo sekitar
30 menit, padahal untuk guru jenjang SD mengajar sampai waktu zuhur bahkan
sampai jam tiga sore. Stamina guru yang luar biasa, bahkan untuk ukuran pemain
sepakbola saja masih ada “break” dan proses pergantian pemain. Tidak natural
seperti pada kelas umumnya.
Dalam buku berjudul Ultimate Classroom Control
Handbook karangan Dave Foley dijelaskan bahwa
seorang guru pasti akan mengalami kendala dalam pengajaran, baik dalam individu
siswa atau kendala dalam kolektif siswa. Bukan hanya anda tapi ribuan dan jutaan
guru diseluruh dunia akan mengalami kendala dalam pembelajaran. Untuk segala
jenjang baik sekolah negeri atau swasta tidak akan berbeda. Faktanya bukan
Kurikulum 2013 yang akan membuat siswa belajar dengan tenang dan mudah diatur
seperti dalam video, tetapi manajemen kelas yang baik dan didukung skill guru.
Kita
juga harus lebih spesifik dengan peta , lokasi dan persebaran sekolah diseluh
Indonesia, saya yakin setiap guru di Indonesia punya model mengajar yang baik
dan sesuai dengan arsitektur , tidak bisa apa yang divideo tersebut menjadi
“seragam” wajib pengajaran sekolah Indonesia. Video ini memang menjadi
propaganda pemerintah agar kita semua guru menelan mentah-mentah kurikulum baru
ini, padahal diakui oleh banyak pengamat bahwa kurikulum ini masih “bolong”
dimana-mana.
Tematik adalah model pembelajaran bukan strategi pembelajaran
Ada yang salah konsep mengenai video pembelajaran tersebut,
sebenarnya apa yang dilakukan oleh guru dalam video tersebut bukan strategi
pembelajaran tematik, melainkan model pembelajaran tematik. Tematik bukanlah
sebuah strategi tetapi model. Strategi pembelajaran bisa apa saja. Salah satu
yang saya suka adalah startegi pembelajaran adalah Quantum Teaching yang
diciptakan Bobby De Porter,
saya sendiri akhirnya bisa bertemu perempuan hebat ini ketika seminar di
Jakarta beberapa tahun yang lalu. Beliau mengatakan bahwa Quantum Teaching
adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat
siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan
penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching
menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai
instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman
tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah
memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Sedangkan
Model pembelajaran tematik seperti apa yang dikatakan oleh John Dewey sebagai
penemu model pembelajaran tematik mengatakan bahwa sebagai usaha mengintegrasikan
perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya. Kalaupun ada
informasi proses pengajarannya dengan menggabungkan pembelajaran menjadi satu
tema maka itu hanyalah pendapat dari ahli tematik setelah John Dewey wafat,
dalam hal ini seseorang pendidik yang masih fokus terhadap pembejaran tematik
yaitu adalah Robin Fogarty asal USA.
Jadi
Jika anda seorang guru lalu mengunakan strategi pembelajarn yang lain (saya
mencatat sangat banyak strategi pembelajaran) dan yang berbeda dengan apa yang
ada di video kurikulum 2013 maka itu adalah hal yang sah-sah saja. gunakanlah
kemampuan strategi pembelajaran anda sesuai dengan peta lapangan (dalam hal ini
murid) , yang pasti setiap kondisi kelas dalam setiap kelas, sekolah, daerah,
propinsi, kota , negara pastilah berbeda.
Andalah “penguasa” dikelas anda sendiri
Jangan
ditafsirkan sebagai sebuah lampu hijau untuk hal-hal negatif kawan.
Maksudnya diatas adalah sebagus-bagusnya sebuah kelas adalah sebuah kelas
dimana antara guru dan murid mempunyai hubungan yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran, apapun model pembelajarannya dan apapun strategi pembelajarannya
jika terjadi harmonisasi dan perpindahan intelektual yang baik antara guru
siswa maka kelas itu bisa dikatakan “finish”. Kita juga tidak bisa
membandingkan apa yang terjadi disekolah kota dan pedesaan atau bahkan
dipedalaman atau mungkin di sekolah diperbatasan. Seorang guru harus “cerdas”
dan penuh ide.
Andalah
penguasa dikelas anda sendiri, bagaimana dan apa keadaan murid itu sendiri, kapan
harus dibagi kelompok atau tidak dibuat kelompok, kapan harus serius dan kapan
harus berhenti serius, kapan anda harus bermain peran dan kapan anda harus
berdiri tegak berwibawa memberi nasehat. Keputusan itu ada ditangan kalian para
guru. Video tematik hanyalah sebuah kamuflase akan apa yang terjadi dinegri
ini. palsu. Mereka para pemimpin pendidikan negeri juga tidak pernah mau
mengerti dengan apa yang terjadi diruang kelas dan hambatan-hambatan serius
guru dikelas. mereka para aktor dan kita lah pemeran asli pelaksanaan
pembelajaran dikelas ini.
Selamat
mengajar